LP DIABETES MELLITUS (DM)
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit
kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler
dan neurologis. (Long)
Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
Diabetes mellitus adalah
keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan
keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis
tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes mellitus adalah
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa
darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Suyono, 2002).
B. Etiologi
Etiologi dari diabetes
mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus
adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda
dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli
beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan
keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat,
ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8,
33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan
angka hanya 1, 96 %.
2. Faktor non genetik
a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada
mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
b. Nutrisi
- Obesitas dianggap
menyebabkan resistensi terhadap insulin.
- Malnutrisi protein
- Alkohol, dianggap
menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard,
luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi
hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin
meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat.
C. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985)
dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes mellitus type
insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan
nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin
untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes mellitus type
II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan
nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
a. Non obesitas
b. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih
40 tahun) atau anak dengan obesitas.
3. Diabetes mellitus type
lain
a. Diabetes oleh beberapa
sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat
kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat
menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid,
dilanting dan asam hidotinik
c. Diabetes Gestasional
(diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan
kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan
dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. Patofisiologi
Sebagian besar patologi
diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan
insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel
tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai
1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan
lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan
protein dalam jaringan tubuh. Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah
patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan
ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus
ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila
kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%. Asidosis pada diabetes, pergeseran
dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh
menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan
asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter
sampai setinggi 10 Meq/Liter.
E. Gambaran
Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes
mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar
glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu
banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi
klien lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak
sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Berat badan menurun,
lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang
telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari
bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan
lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
walaupun banyak makan akan tetap kurus
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas
polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi
insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.
F. Diagnosis
Diagnosis diabetes
mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa
poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan
dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa.
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama
penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa
darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari
tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat
hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang
gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus
diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan
jenis makanan) yaitu :
JI : jumlah kalori sesuai
dengan resep dokter harus dihabiskan.
J2 : jadwal makanan harus
diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 : jenis makanan harus
diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae
diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. Diet A : terdiri dari
makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
2. Diet B : terdiri dari
karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
3. Diet B1 : terdiri dari
karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
4. Diet B1 dan B2 diberikan
untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Ø Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes
mellitus pada umumnya.
Ø Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama
yang :
a. Kurang tahan lapan dengan
dietnya.
b. Mempunyai
hyperkolestonemia.
c. Mempunyai penyulit
mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit
jantung koroner.
d. Mempunyai penyulit
mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati
yang nyata.
e. Telah menderita diabetes
dari 15 tahun
Ø Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang
memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a. Mampu atau kebiasaan
makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b. Kurus (underweight)
dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c. Masih muda perlu
pertumbuhan.
d. Mengalami patah tulang.
e. Hamil dan menyusui.
f. Menderita hepatitis
kronis atau sirosis hepatitis.
g. Menderita tuberkulosis
paru.
h. Menderita penyakit graves
(morbus basedou).
i. Menderita selulitis.
j. Dalam keadaan pasca
bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Ø Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan
gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a. Tinggi kalori (lebih dari
2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b. Komposisi sama dengan
diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2
kaya asam amino esensial.
c. Dalam praktek hanya
terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik
dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat-sifat diet B3
a. Tinggi kalori (lebih dari
2000 kalori/hari).
b. Rendah protein tinggi
asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c. Karena alasan No 2 maka
hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan
merubah jumlah protein).
d. Tinggi karbohidrat dan
rendah lemak.
e. Dipilih lemak yang tidak
jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada
saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan
setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
Ø Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan
penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang.
Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
H. Komplikasi
1. Akut
a. Hypoglikemia
b. Ketoasidosis
c. Diabetik
2. Kronik
a. Makroangiopati, mengenai
pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh
darah otak.
b. Mikroangiopati mengenai
pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
c. Neuropati diabetic.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien
dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari
pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji
pada klien dengan diabetes mellitus :
1. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram
otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan koma.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3. Eliminasi
Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
6. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
Pembengkakan perut, meringis.
7. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
8. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan
yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
1. Kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
3. Resiko infeksi berhubungan
dengan hyperglikemia.
4. Resiko tinggi terhadap
perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin
dan atau elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolik.
6. Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
7. Kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
C. Rencana keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat
dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b. Kaji nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
c. Pantau masukan dan
keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
d. Timbang berat badan
setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang
terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti.
e. Berikan terapi cairan
sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan
tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
2. Perubahan status nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat.
Menunjukkan tingkat energi biasanya
berat badan stabil atau bertambah.
berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
a. Tentukan program diet dan
pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
b. Timbang berat badan
setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
c. Identifikasi makanan yang
disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
d. Libatkan keluarga pasien
pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa
keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi
pasien.
e. Berikan pengobatan
insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan
cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke
dalam sel.
3. Resiko infeksi
berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda
infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan
infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami
infeksi nosokomial.
b. Tingkatkan upaya untuk
pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi
silang.
c. Pertahankan teknik
aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam
darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
d. Berikan perawatan kulit
dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu
yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi.
e. Lakukan perubahan posisi,
anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi
semua daerah paru dan memobilisasi sekret.
4. Resiko tinggi terhadap
perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin
dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya
kerusakan sensori.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital
dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk
membandingkan temuan abnormal
b. Panggil pasien dengan
nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
c. Pelihara aktivitas rutin
pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
d. Selidiki adanya keluhan
parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
5. Kelelahan berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan :
Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
Intervensi :
a. Diskusikan dengan pasien
kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan
motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat
lemah.
b. Berikan aktivitas
alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang
berlebihan.
c. Pantau nadi, frekuensi
pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
d. Tingkatkan partisipasi
pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
6. Ketidakberdayaan
berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk
menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya
sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan
diri.
Intervensi :
a. Anjurkan pasien/keluarga
untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan
penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area
perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
b. Tentukan tujuan/harapan
dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis
atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan
koping.
c. Berikan dukungan pada
pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan
balik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
d. Berikan dukungan pada
pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
7. Kurang pengetahuan
tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala
dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu
dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan
saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan
perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
b. Diskusikan dengan klien
tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar
dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
c. Diskusikan tentang
rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya
kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
d. Diskusikan pentingnya
untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang
terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses
penyakit dengan lebih ketat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hendromartono. Nefropati Diabetik: dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
1898-1901.
2. Shaw KM, Cummings MH. Diabetes Chronic Complications. 2nd
edition. 2005. West Sussex: John Wiley and Sons,Ltd.
3. Boner G, Cooper ME. Management of Diabetic Nephropathy. 2005.
London: Martin Dunitz, Ltd.
4. Adam JMF. Komplikasi Kronik Diabetik Masalah Utama Penderita
Diabetes dan Upaya Pencegahan. Supl 26:3;2005. http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/medhas/9-John%20Adam.pdf
[Diakses 7 Februari 2010]
5. Gross JL, de Azevedo MJ, Silveiro SP, Canani LH, Caramori ML,
Zelmanovitz T. Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment:
Stages, Clinical Features, and Clinical Course. http:/medscape.com [Diakses 6
Februari 2010]
6. Brenner B, Brady HR, O'Meara YM. Nefropati Diabetik. In:
Harrison’s Principle of Internal Medicine. 2001. New York: McGraw-Hill.
7. Kariadi SH. Diabetes? Siapa Takut!! Panduan Lengkap untuk
Diabetisi, Keluarganya, dan Profesional Medis. 2009. Bandung: Qanita.
8. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Buku Saku Dasar
Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Ed 7. 2006. Jakarta: EGC.
9. Soman SS. Diabetic Nephropathy. Henry Ford Hospital. Nov 19,
2009. http:/emedicine.medscape.com [Diakses 26 Februari 2010]
10. Dronavalli S, Duka I, Bakris GL. The Pathogenesis of Diabetic
Nephropathy. 2008. http:/cme.medscape.com [Diakses 26 Februari 2010]
11. National Kidney Foundation KDOQI Clinical Practice Guidelines
and Clinical Practice Recommendations for Diabetes and Chronic Kidney
Disease.2007.http://www.kidney.org/Professionals/kdoqi/guideline_diabetes/guide1.htm
[Diakses 6 Februari 2010]
Carpenito (2000), Diagnosa
Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu
Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar